Perang Aceh berlokasi di Aceh, Sumatera Utara pada tanggal 1873 – 1914, dan berlanjut hingga tahun 1942 dengan adanya perlawanan rakyat Aceh terhadap Belanda. Perang ini berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama dan banyak membawa korban nyawa. Tercatat lebih dari 100.000 penduduk sipil tewas akibat korban pembantaian Belanda. Adanya 200.000 mujahidin Aceh, melibatkan 100.000 tentara gabungan dari Bugis, Madura dan Jawa.
Latar Belakang dan Sebab Terjadinya Perang Aceh
Isi perjanjian ini adalah penyerahan beberapa wilayah penting di Aceh oleh Sultan Ismail kepada pihak Hindia belanda, seperti daerah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang yang tadinya berada di wilayah kepemimpinan Kesultanan Keraton Aceh pada zaman Sultan Iskandar Muda
Isi perjanjian London adalah bahwa antara Belanda dan Inggris ada ketentuan batas-batas wewenang di Asia Tenggara, dengan garis batas Singapura
Banyak bukti menyebutkan bahwa, meskipun kemerdekaan Negara Aceh sudah diakui oleh negara-negara luar, kedaulatannya masih sering diganggu oleh pihak Belanda dengan segala macam cara. Warga dan Tokoh Masyarakat Aceh menjadi geram dan risau akan perilaku pihak Belanda ini.
Perjanjian ini berisi mengenai kewenangan Belanda yang diberik oleh Inggris untuk memperluas wilayah kekuasaan di Aceh. Inggris hanya ingin bebas melakukan perdagangan di daerah Siak. Namun kedua hal ini sama sekali tidak menguntungkan bagi warga Aceh itu sendiri, sehingga warga dan tokoh masyarakat memberontak dan melawan.
Hal ini terjadi menjadi klimaks pada tangal 26 Maret 1973, dan menyebabkan Pihak Belanda mengumumkan perang dengan Aceh.
Hubungan Aceh dengan Konsul Amerika, Italia dan Turki membuat pihak Belanda Geram dan mengancam untuk mendapat isi pembicaraan hubungan diplomatik tersebut yang berlangsung di Singapura. Hubungan dilateral ini dipimpin oleh Sultan Machmud Syah.
Strategi Perang
Strategi perang Bangsa Indonesia, yaitu gerilya ditiru oleh pemimpin pasukan Belanda yang bernama Van Huetz dan Hans Christoffel. Belanda memiliki Colone Macan, yaitu pasukan dengan ketrampilan khusus yang menguasai wilayah pedalaman pegunungan-pegunungan dan hutan rimba di Aceh untuk menangkap dan mengejar para pahlawan Gerilyawan Aceh. [AdSense-B]
Taktik yang digunakan selain Gerilya adalah dengan menangkap para kerabat dan anggota keluarga dari pemimpin-pemimpin dan gerilyawan Aceh. Seperti khasus diculiknya Permaisuri Sultan dan Tengku Putroe pada tahun 1902. Diculiknya putra Sultan Tuanku Ibrahim oleh Van der Maaten. Ditangkapnya Panglima Polim dan anak Panglima Polim pada dua waktu yang berbeda. Banyaknya pembunuhan-pembunuhan sadis yang terjadi yang menawan rakyat sipil. Kemudian yang penangkapan dan pembuangan Cut Nyak Dhien ke daerah Sumedang, Jawa Barat.
Proses Perang Aceh
Terjadi pada tahun 1873 sampai 1874 dibawah komando Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah, melawan Kohler, seorang pimpinan perang Belanda yang membawahi 3000 serdadu. Pada masa ini, kejadian yang sangat penting adalah ketika direbutnya kembali Masjid Raya Baiturrahman dari tangan Belanda.
Terjadi pada tahun 1874 sampai 1880 dimana pasukan Belanda berada dibawah kepemimpinan Jendral Jan van Swieten. Pihak Belanda berhasil menduduki Kerajaan Keraton pada tanggal 1974 dan dijadikan sebagai tempat utama pertahanan Belanda.
[AdSense-A]
Pada masa perang kedua ini, ibukota berpindah-pindah mulai dari Keumala Dalam, Indrapuri dan tempat lain-lainnya dikarenakan perang ini termasuk sangat frontal dan sadis. Belanda mengumumkan kewenangan dan kekuasannya dengan menduduki Keraton Sultan dan mengangkat Tuanku Muhammad Dawood menjadi Sultan di Indrapuri.
Perang Aceh Ketiga
Perang ini terjadi pada tahun 1881 sampai 1896, banyak berita beredar mengenai perang ketiga ini yang berlangsung sampai tahun 1903. Di masa inilah Pahlawan Indonesia yang bernama Teuku Umar, Panglima Polim dan Sultan memimpin strategi gerilya bagi para pasukannya. Pihak Belanda sendiri dipimpin oleh seorang yang bernama Van der Dussen. Peran Cut Nyak Dien, sebagai pengganti komando gerilya menggantikan suaminya (Teuku Umar) dikenang sepanjang masa. Keberaniannya dalam melawan penjajah menginspirasi banyak wanita masa kini dalam perjuangannya sendiri-sendiri.
Perang Aceh keempat sangat jauh berbeda apabila dibandingkan dengan Perang sebelum-sebelumnya. Perang masa ini lebih pada perjuangan individu tanpa adanya komando baik dari pihak Kerajaan Keraton maupun dari Panglima Perang. Dalam perang keempat ini, strategi Gerilya sangat ditekankan dan menjadi patokan dalam penyerangan terhadap Belanda.
Isi Korte Verklaring atau Traktat Pendek
Tokoh Dalam Perang Aceh
Kesimpulan dan Poin Penting
Banyaknya penyebab konflik sosial bisa diperngaruhi oleh banyak hal, baik dari sisi internal maupun internasional. Politik, sosial, budaya dan adat adalah beberapa hal yang telah tercatat menurut sejarah melatarbelakangi penyebab konflik papua, penyebab konflik poso dan penyebab konflik Maluku.
Norma kesopanan adalah kumpulan dari beragai aturan yang diterapkan di dalam kehidupan masyarakat yang di dalamnya menyangkut cara bertingkat laku…
Hukum merupakan seperangkat aturan yang di dalamnya berisi tentang perintah, anjuran, dan juga larangan (termasuk di dalamnya memuat sanksi). Hukum…
Koruptor merupakan seseorang yang melakukan tindakan kejahatan yang besar atau extraordinary crime. Koruptor pada dasarnya merupakan seorang pencuri yang mengambil…
Apa saja norma agama? Sebelum itu Anda harus paham terlebih dahulu apa itu norma agama. Norma agama merupakan salah satu…
Pelanggaran HAM merupakan salah satu bagian dari contoh pelanggaran nilai nilai pancasila. Kita tahu bahwa pancasila merupakan ideologi bangsa dan…
Apa Anda tahu apa saja peristiwa penyimpangan terhadap nilai nilai pancaila? Ketika membahas tentang penyimpangan yang berkaitan dengan pancaila sudah…